1. Siapakah Yusuf itu?
Yusuf adalah suami Maria dan bapa angkat Yesus. Yusuf adalah anggota suku Yehuda. Ini berarti ia adalah keturunan raja Daud (Mat 1:2–16; Luk 2:4). Dalam bahasa Ibrani, ‘Yusuf’ berarti ‘semoga Allah menambahkan.’ Ia bekerja sebagai “tukang kayu” (Mat 13:55; Mrk 6:3). Selain itu, ia dikenal sebagai orang yang tulus hati (Mat 1:19).
2. Dari mana Yusuf berasal?
Kampung halamannya adalah Betlehem, meskipun selama sebagian besar hidupnya ia menetap di Nazaret.
Ia sering bepergian. Ia bertunangan dengan Maria di Nazaret. Ia kemudian berangkat ke Betlehem untuk menghadiri sensus (Luk 2:4-6). Atas ilham malaikat, ia melarikan diri ke Mesir bersama Maria dan Yesus (Mat 2:13). Ketika kekacauan mereda, dia kembali ke Nazaret. Sebagai seorang Yahudi yang saleh, ia berziarah ke Yerusalem; setelah itu ia kembali lagi ke Nazaret (Mat 2:13). Itulah hal terakhir yang kita ketahui tentang Yusuf. Ia terakhir disebut dalam Lukas 2:51.
3. Kapan Yusuf meninggal dunia?
Injil tidak membahas hal ini. Meski demikian, kebanyakan pakar teologi berpendapat bahwa Yusuf meninggal sebelum Yesus memulai pelayanan publik-Nya[1] atau, setidaknya, sebelum Yesus disalibkan. Ini adalah sebuah kesimpulan dari fakta bahwa Yesus mempercayakan ibu-Nya kepada Yohanes (Yoh 19:27). Jika Yusuf masih hidup saat itu, pastinya Yesus tidak perlu mempercayakan ibu-Nya kepada seseorang di luar keluarga-Nya.
Oleh karena itu, menurut tradisi, Yusuf meninggal dalam “kematian yang bahagia” didampingi oleh Yesus dan Maria. Itulah sebabnya Gereja menjulukinya sebagai “Pelindung Kematian yang Bahagia.”
4. Apa kedudukan Yusuf dalam Gereja?
Yusuf adalah seorang santo yang melindungi banyak hal. Selain menjadi “Pelindung Kematian yang Bahagia,” ia terutama adalah “Pelindung Gereja Universal.” Ia juga adalah “Pelindung Para Pekerja” dan Paus St. Yohanes Paulus II menjulukinya “Penjaga Sang Penebus.”
Yusuf adalah bapa angkat Yesus, tetapi ia juga adalah bapa semua orang kristiani. Ungkapan “Pergilah kepada Yusuf” (Kej 41:55), yang sebenarnya merujuk pada Yusuf anak Yakub, secara populer diaplikasikan kepada Yusuf suami Maria. Aplikasi ini mengungkapkan bagaimana orang kristiani telah selama berabad-abad menaruh kepercayaan mereka pada Yusuf.
Tak terhitung jumlah gereja yang didedikasikan kepada Yusuf dan kota-kota yang menyandang namanya. Tak terhitung pula jumlah orang-orang kudus yang berdevosi kepadanya. Selain itu, “setiap buku doa mengandung doa-doa kepada Santo Yusuf. Doa-doa khusus dipanjatkan kepadanya setiap hari Rabu dan terutama selama bulan Maret, yang menurut tradisi didedikasikan kepadanya.”[2]
Terlebih lagi, Yusuf menduduki tempat yang penting dalam ajaran para Paus. Paus Fransiskus menyatakan bahwa “setelah Maria, Bunda Allah, tidak ada orang kudus yang lebih sering disebut dalam ajaran para Paus daripada Yusuf, mempelainya.”[3]
5. Apa yang dapat saya pelajari dari Yusuf?
Banyak hal! Pastinya, kita bisa belajar dari Yusuf bagaimana menaati kehendak Allah. Salah satu ciri ketaatan yang sejati adalah kesigapan. Seseorang bersikap taat ketika ia sigap untuk melakukan apa yang diminta kepadanya.
Kamu mungkin bertanya: "tapi, apa kehendak Allah untuk saya?" Allah dapat menyampaikan kehendak-Nya kepada kamu dan saya melalui berbagai peristiwa hidup kita. Selama hidup Yusuf, misalnya, Allah sering berbicara kepadanya dalam mimpi. Inilah mengapa kesenian kristiani sering menggambarkannya dalam keadaan tertidur. Benar: Yusuf yang tertidur.
Yusuf adalah orang yang dengan sigap menanggapi kehendak Allah. Ia tidak pernah mengatakan: “Saya akan melakukannya nanti.” Begitu ia tahu apa yang Allah ingin ia lakukan, ia melaksanakannya. Setelah mimpi pertama, “Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Allah itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai istrinya” (Mat 1:24). Setelah mimpi kedua, “diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir” (Mat 2:14-15). Setelah mimpi ketiga, “diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel” (Mat 2:21). Terakhir, setelah mimpi keempat, Yusuf pergi “ke daerah Galilea” (Mat 2:22-23).
6. Mengapa hanya ada sedikit informasi mengenai Yusuf dalam Injil?
Yusuf adalah sosok yang pendiam: ”ia berpikir dan bertindak tetapi tidak pernah berbicara.”[4]
Namun, sedikit informasi yang ada mengenai Yusuf dalam Perjanjian Baru sudah mencukupi:
Dua Penginjil yang telah menyoroti tokoh ini, Matius dan Lukas, menceritakan sedikit, namun cukup untuk menjelaskan bapa seperti apakah dirinya dan misi yang dipercayakan kepadanya oleh Allah sang Penyelenggara.[5]
Kebesaran Yusuf ada dalam keheningannya. Paus Fransiskus menggambarkannya sebagai “bapa dalam bayang-bayang.” Seorang bapa menampakkan kebapakannya terutama ketika
ia menempatkan dirinya dalam situasi Yusuf, yang selalu mengetahui bahwa Anak itu bukanlah Anaknya, melainkan karena semata-mata telah dipercayakan kepada pemeliharaannya.[6]
Sederhananya, Yusuf suka membiarkan dirinya tersembunyi dari orang banyak. Ia tidak mencari kehormatan dan popularitas. Karenanya,
[s]etiap orang dapat menemukan dalam diri Santo Yusuf—laki-laki yang tidak diperhatikan, laki-laki dalam kehadiran sehari-hari, bijak dan tersembunyi—seorang perantara, seorang pendukung dan seorang pembimbing pada saat-saat sulit. Santo Yusuf mengingatkan kita bahwa yang tampaknya tersembunyi atau di “barisan kedua” memiliki peran tak tertandingi dalam sejarah keselamatan. Kata pengakuan dan penghargaan ditujukan kepada mereka semua.[7]
7. Bagaimana saya bisa berdoa kepada St. Yusuf?
Ada banyak doa kepada St. Yusuf. Kamu dapat menemukan beberapa di Situs Web Tahun St. Yusuf atau di National Catholic Register. Saya lampirkan di bawah dua doa yang tidak ditemukan dalam situs-situs yang saya cantumkan.
Salam, Penjaga Sang Penebus
Salam, Penjaga Sang Penebus, / Suami Perawan Maria yang Terberkati. / Kepadamu Allah mempercayakan Putra tunggal-Nya; / kepadamu Maria menaruh kepercayaannya; / bersama denganmu Yesus menjadi manusia.
O Yusuf yang terberkati, / perlihatkanlah dirimu sebagai seorang bapa juga bagi kami, / dan bimbinglah kami di sepanjang perjalanan hidup. / Perolehkanlah bagi kami rahmat, belas kasih dan keberanian, / dan lindungilah kami dari segala yang jahat. Amin.[8]
Santo Yusuf yang Hening
Santo Yusuf, engkau hidup dalam keheningan dan tidak mengatakan sepatah kata pun dalam Injil. Ajarilah kami untuk berpuasa dari kata-kata yang sia-sia, menemukan kembali makna dari kata-kata yang membangun, menyemangati, menghibur, dan mendukung.
Tinggallah dekat mereka yang menderita karena kata-kata yang menyakitkan, seperti umpatan dan fitnah, dan bantulah kami senantiasa untuk menyelaraskan perkataan dan perbuatan. Amin.[9]
Scott Hahn, ed., Catholic Bible Dictionary (New York: Doubleday, 2009), 473.
Paus Fransiskus, Patris Corde (2020).
Paus Fransiskus, Patris Corde (2020).
Hahn, ed., Catholic Bible Dictionary, 473.
Paus Fransiskus, Patris Corde (2020).
Paus Fransiskus, Patris Corde (2020).
Paus Fransiskus, Patris Corde (2020).
Paus Fransiskus, Patris Corde (2020).
Paus Fransiskus, Audiensi Umum (15 Desember 2021).